About Me

My photo
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
Menggapai cita-cita bagaikan membajak sawah, menabur benih padi, mengatur pengairan, memelihara padi yang mulai tumbuh, memberi pupuk, melindunginya dari serangan hama penyakit, menengoknya setiap hari, merawat bagian yang sakit dan mengaturnya agar serasi, kesemuanya itu membutuhkan kesabaran dan keikhlasan. Tidak ada jalan pintas untuk dapat memanen tanpa melalui tahapan-tahapan yang disebut di atas.

Tuesday, February 4, 2014

Too fast action will go no where



Judul di atas terkait erat dengan tindakan manusia untuk mencapai tujuannya. Setiap individu selalu memiliki tujuan hidup, memiliki keinginan untuk mencapai sesuatu. Begitu pula sebuah organisasi, dibentuk dengan sebuah tujuan.

Sebagai pemimpin kerapkali kita meminta anak buah atau staff kita untuk segera bertindak atas kejadian, melakukan perbaikan, mengeksekusi sebuah rencana. Dalam proses meminta kita harus memahami apakah staff atau anak buah tadi memahami tugas yang diberikan, memahami bagaimana menyelesaikannya dan memahami prosesnya. Terkadang kita sangat yakin bahwa tugas sudah kita delegasikan dan yakin sekali pekerjaan akan segera selesai. Padahal jika staff atau anak buah yang tidak memahami tugas tersebut mengakibatkan pekerjaan menjadi tidak selesai.

Too fast action will go no where, berarti kita bereaksi sangat cepat atas instruksi, ide atau tugas yang diberikan kepada kita, tanpa dipikirkan terlebih dahulu apa, mengapa, dimana, kapan dan bagaimananya. Karena disaat kita sudah bertindak dan hal-hal yang diperlukan ternyata tidak disiapkan maka pekerjaan tidak akan selesai.

Misalnya:
Merencanakan liburan ke bali. (Too fast action will go no where).
Secara tergesa-gesa langsung berangkat,
  • Lupa tidak membawa uang atau dokumen bank, sehingga saat mau membeli tiket tidak bisa, dan harus kembali ke rumah.
  • Lupa tidak membawa peralatan untuk tujuan liburan, sehingga liburan menjadi tidak sesuai dengan harapan
  • Lupa belum mempersiapkan agendanya, sehingga agenda dipikirkan sambil dalam perjalanan, sehingga arah tujuan liburan menjadi tidak jelas

Melaksanakan perintah atasan untuk mengimplentasikan metode baru (Too fast action will go no where)
Secara tergesa-gesa langsung mengeksekusi metode baru dengan mengumpulkan key person dalam organisasi.
  • Tanpa memberikan briefing apa itu metode baru, mengapa harus diterapkan, kapan diterapkannya, dimana diterapkannya, dan bagaimana menerapkanya. Maka mereka yang hadir dalam pertemuan tersebut akan bingung dan memiliki interpretasi yang berbeda
  • Tidak ada pengenalan atau sosialisasi terlebih dahulu, mengakibatkan pelaksanaan mendapatkan interpretasi yang berbeda-beda.
  • Tidak ada training tentang metode baru tersebut, maka implementasi akan memerlukan waktu yang lama, karena banyaknya kesalahan yang terjadi dan perbedaan pendapat.

Pada intinya, jika kita ingin menjalan sesuatu yang baru, janganlah tergesa-gesa. Pikirkanlah secara matang:
1.      Apa sesuatu tersebut
2.      Bagaimana menjalankannya (prosesnya)
3.      Potensi resiko dan hal-hal terkait apa saja yang perlu dipersiapkan
4.      Pengetahuan dari orang-orang yang bakal terkena perubahan atau implementasi sesuatu itu, apakah mereka sudah tahu? Sudah peduli? Sudah memahami impactnya? Dan tahu bagaimana antisipasinya?

Bergerak cepat, berharap mendapatkan hasil cepat, tetapi tanpa antisipasi akan menghasilkan problem yang luar biasa pula.

2.2.14

Tuesday, April 23, 2013

Pernahkah terpikirkan oleh diri kita?

Sebuah renungan atas setiap tindakan yang telah dilakukan oleh seseorang dan berdampak kepada orang lainnya. Misalnya ketika seseorang yang sangat berkecukupan lagi dermawan. Sebut saja beliau adalah si fulan. Si fulan ini dalam hidupnya telah mengadopsi beberapa anak yatim piatu untuk dibiayai sekolahnya.Dia juga memberikan bantuan keuangan rutin kepada beberapa panti jompo. Selain itu dia juga mempekerjakan beberapa orang dirumahnya, dimana sebagian besar adalah kaum miskin. Meskipun pekerja tadi tidak memiliki keterampilan yang memadai, si Fulan tetap saja memberikan lapangan pekerjaan kepada mereka, dengan satu tujuan ingin membantu mereka dan berbagi rejeki atas karunia yang diberikan Tuhan kepada si Fulan. Dengan berbagai kondisi di atas, secara tidak langsung si Fulan ini merupakan tulang punggung banyak orang. Rejeki yang datang dari Tuhan ini dilewatkan melalui si Fulan dan disalurkan ke orang lainnya. Suatu hari, si Fulan bertemu dengan seseorang, karena sifat dermawannya ini dia bisa cepat akrab dan seperti biasanya ingin selalu membantu orang lain. Seseorang ini sebut saja nama si Culas. Culas saat berkenalan dengan Fulan, menyampaikan beberapa keluhan yang dialami dalam hidupnya. Setiap kesulitan yang dihadapinya disampaikan oleh Culas kepada si Fulan. Mendengar keluhan dari si Culas ini, Fulan ingin membantunya, dengan cara ditawarinya pekerjaan. Singkat cerita, karena si Culas menunjukkan prestasi, beberapa bagian pekerjaan penting hingga masalah keuangan dipercayakan kepadanya. Hingga suatu hari, dimana si Culas sedang menghadapi persoalan dalam kehidupannya, dan kebetulan memerlukan biaya yang sangat besar. Dia mulai berbuat curang terhadap si Fulan. Si Fulan tidak menyadari bahwa dirinya sedang ditipu oleh si Culas, hingga pada titik semua kekayaan si Fulan telah lenyap dan si Culaspun pergi entah kemana. Dari sedikit cerita di atas, pelajaran apa yang bisa kita ambil? Perbuatan si Culas, dengan sifat buruknya dia telah berbuat jahat kepada si Fulan, hingga menggerogoti kekayaan si Fulan dan menyebabkan si Fulan tidak memiliki kekayaan lagi. Apakah perbuatan si Culas ini hanya menyebabkan kesengsaraan pada diri si Fulan saja? Adakah si Culas berfikir bahwa akibat perbuatannya, banyak orang menjadi sengsara secara tidak langsung? Bayangkan saja si Fulan yang dermawan ini akhirnya tidak bisa membiayai sekolah anak yatim piatu yang diadopsinya, dia juga menghentikan sumbangannya ke beberapa panti jompo, dan dia tidak bisa membayar gaji orang-orang miskin yang dipekerjakan ditempatnya. Berapa banyak orang yang menjadi korban akibat keserakahan dari satu orang yang bernama si Culas? Kita sebagai manusia bagian dari makhluk sosial yang hidup diantara manusia lainnya, terkadang tidak pernah berfikir panjang atas apa yang kita lakukan. Kita hanya bisa mengeluh atas cobaan yang diberikan Tuhan kepada kita. Dan dengan dalih kemiskinan dan hidup susah, kita dengan mudahnya membenarkan tindakan buruk atau membebani orang lain agar membantu kita. Bahkan dengan cara-cara yang keji dan tidak berprikemanusiaan. Menipu, memperalat, memanfaatkan, mengancam, menyebar fitnah, menggunakan kekuasaan, dan hal buruk lainnya dipergunakan untuk kepentingan pribadi dan memuaskan keinginan pribadi, sehingga mengorbankan orang lain. Ironisnya, kita hanya berfikir bahwa yang kita jadikan korban hanyalah segelintir orang. Kita tidak pernah berfikir bahwa orang yang kita jadikan korban ini adalah orang yang memberikan banyak manfaat bagi orang lain. Sehingga pada saat orang ini sudah kehilangan kemampuannya, maka semua orang yang telah dibantunya juga kehilangan sumber manfaat dari orang yang telah kita jadikan korban tersebut. (Surabaya, 23 April 2013).
"Jika hamba-Ku berniat melakukan kebaikan dan ia tidak mengerjakannya, Aku menulis baginya satu kebaikan. Jika ia mengerjakannya, Aku menulis sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat untuknya. Dan jika ia berniat melakukan kejelekan dan ia tidak melakukannya Aku tidak menulis kejahatan baginya, dan jika ia melakukannya Aku menulis satu kejahatan baginya." [HR. Muslim]